Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Pengasih Dan Penyayang Salam malam jumaat semoga kita semua sentiasa di dalam rahmat dan redhaNya sentiasa. Alhamdulillah dipanjatkan kesyukuran kepadaNya kerana masih lagi diberi kesihatan tubuh badan ini untuk maju setapak menambahbaik segala kekurangan diri dan memandu diri ke jalan keredhaanNya. Sekali lagi dicatatkan disini perkongsian ilmu khusus untuk kaum wanita, ibu, isteri dan anak tentang seorang pemimpin wanita syurga iaitu Fathimah Azzahra as
Nama
: Fathimah
Gelar
: Az-Zahra
Julukan
: Ummu al-Aimah, Sayyidatu Nisa’, al-‘Alamin, Ummu Abiha
Ayah
: Muhammad Rasulullah saw
Ibu
: Khadijah al-Kubra
Tempat/Tgl
Lahir : Makkah, Hari Jum’at, 20 Jumadi al-Tsani (jamadil akhir)
Hari/Tgl
Wafat : Selasa, 3 Jumadi al-Tsani Tahun 11 H
Umur
: 29 Tahun
Makam:
???
Jumlah
Anak : 4 orang; 2 laki-laki dan 2 perempuan
Laki-laki
: Hasan dan Husein
Perempuan
: Zainab dan Ummu Kaltsum
Riwayat Hidup
Di antara anak wanita
Rasulullah s.a.w, Fathimah Az-Zahra a.s, merupakan wanita paling utama
kedudukannya.
Kemuliannya itu diperoleh sejak
menjelang kelahirannya, yang didampingi wanita suci sebagaiman yang
diucapkan oleh Khadijah:
"Pada waktu kelahiran
Fartimah a.s, aku meminta bantuan wanita-wanita Quraish tetanggaku,
untuk menolong. Namun mereka
menolak mentah-mentah sambil
mengatakan bahwa aku telah menghianati mereka dengan mendukung Muhammad.
Sejenak aku bingung
dan terkejut luar biasa ketika
melihat empat orang tinggi besar yang tak kukenal, dengan lingkaran
cahaya disekitar mereka
mendekati aku.
Ketika mereka
mendapati aku dalam kecemasan salah seorang dari mereka menyapaku:
‘Wahai Khadijah! Aku adalah Sarah, ibunda Ishhaq dan tiga orang yang menyapaku adalah Maryam, Ibunda Isa, Asiah, Putri Muzahim, dan Ummu Kultsum, Saudara perempuan Musa.
Kami semua diperintah oleh Allah untuk mengajarkan ilmu
keperawatan kami jika anda bersedia".
Sambil mengatakan hal tersebut,
mereka semua duduk di sekelilingku dan memberikan pelayanan kebidanan
sampai putriku Fathimah
a.s lahir."
Meningkat usia 5 tahun,
beliau telah ditinggal pergi ibunya. Tidak secara langsung beliau
mengantikan
tempat ibunya dalam melayani,
membantu dan membela Rasulullah s.a.w, sehingga beliau mendapat gelar
Ummu Abiha (ibu dari ayahnya).
Dan dalam usia yang masih
kanak-kanak, beliau juga telah dihadapkan kepada berbagai macam uji
coba. Beliau melihat dan meyaksikan
perlakuan keji kaum kafir Quraish
kepada ayahandanya, sehingga seringkali pipi beliau basah oleh linangan
air mata kerana
melihat penderitaan yang dialami
ayahnya.
Ketika Rasulullah pindah ke kota
Madinah beliau ikut berhijrah bersama ayahnya. Selang
beberapa tahun setelah hijrah tepat
pada tanggal 1 dzulhijjah, hari jum’at, tahun 2 Hijrah, beliau menikah
dengan Ali
bin Abi Thalib.
Dari pernikahannya suci yang
diberkati oleh Allah SWT, beliau dikaruniai dua orang putra; Hasan dan
Husein serta dua
orang putri, Zainab dan Ummi
Kaltsum, mereka semua terkenal sebagai orang yang sholeh, baik dan
pemurah hati.
Fathimah bukan hanya
seorang anak yang paling berbakti pada ayahnya, tapi sekaligus sebagai
seorang
istri yang setia mendampingi
suaminya disegala keadaan serta sebagai pendididk terbaik telah berhasil
mendidik anak-anaknya.
Masa-masa indah bagi beliau adalah ketika hidup bersama Rasulullah s.a.w. Beliau mempunyai tempat
agung disisi Rasulullah sehingga digambarkan di kitab Thabari Hal 40, Siti Aisah berkata:
“Aku tidak melihat orang
yang pembicaraannya mirip dengan Rasulullah s.a.w seperti Fathimah as.
Apabila datang
kepada ayahanya, beliau berdiri,
menciumnya, menyambut gembira dan mengiringnya lalu didudukkan di tempat
duduk beliau. Apabila
Rasulullah datang kepadanya, ia pun
berdiri menyambut ayahandanya dan mencium tangan beliau s.a.w".
Tidak heran, jika setelah
kepergian baginda Rasulullah, beliau sangat sedih dan berduka cita,
hatinya
menangis dan menjerit sepanjang
waktu.
Namun perlu diketahui bahwa kesedihan dan tangisannya itu bukanlah semata-mata kehilangan Rasulullah s.a.w tapi juga beliau melihat kelakukan umat sesudahnnya yang sudah banyak menyimpang dari ajaran ayahnya, dimana penyimpangan itu akan membawa kesengsaraan bagi kehidupan mereka.
Sejarah mencatat bahwa
Sayyidah Fathimah Az-Zahra a.s setelah kepergian Rasulullah s.a.w tidak
penah
terlihat senyum apalagi tertawa.
Sejarah juga mencatat bahwa antara beliau dengan khalifah pertama dan kedua terjadi perselisihan tentang tanah Fadak dan tentang masalah lainnya. Menurut Sayyidah Fathimah a.s tanah itu adalah hadiah dari ayahnya untuk dirinya, namun khalifah berkata:
"Bahwa nabi tidak meninggalkan sesuatau dari keluarganya, sedangkan
warisan nabi berubah
statusnya menjadi sedekah yang
digunakan untuk kemaslahatan kaum muslimin".
M.H. Shakir
berbependapat: "Wafat Rasulullah s.a.w sangat mempengaruhinya, ia sangat
sedih, berduka
dan tangis hatinya memekik sepanjang
masa. Sayang sekali, setelah wafat nabi, pemerintah mengambil alih
tanah fadak dan menyerahkannya
sebagai milik negara".
Kehidupan Fathimah az-Zahra
a.s, wanita agung sepanjang masa adalah kehidupan yang diwarnai
kesucian, kesederhanaan,
pengabdian, perjuangan dan
pengorbanan bukan kehidupan yang diwarnai kemewahan yang ramah dan
lembut.
Fathimah hanya hidup
tidak lebih dari 75 hari setelah kepergian ayahnya. Pada tanggal 14
Jumadil
Ula, tahun 11 Hijriyah wanita suci,
wanita agung dan mulia sepanjang masa, menutup mata dalam usia yang
relatif muda yaitu
18 tahun.
Namun sebelum wafatnya beliau mewasiatkan keinginan kepada Imam ali as yang isinya:
1. Wahai Ali, engkau sendirilah yang harus melaksanakan upacara pemakamanku.
2. Mereka yang tidak membuat aku rela/ridha, tidak boleh menghadiri pemakamanku.
3. Jenazahku harus dibawa ke tempat pemakaman pada malam hari.
Fathimah Az-Zahra ," Putri bungsu
Rasulullah sa.w, telah tiada. Tidak ada ungkapan yang mampu mengambarkan
keagungan Fathimah
Az-Zahra yang sebenarnya.
DR. Ali
Syariati memberikan komentar tentang Fathimah:
" Saya akan bangga dan
hendak mengatakan
, "Fathimah a.s adalah putri
Khadijah yang besar". Saya rasa itu bukan Fathimah a.s.
Saya hendak mengatakan," Fathimah a.s adalah putri Rasulullah s.a.w. Saya rasa itu bukan juga Fathimah. Saya hendak mengatakan, "Fathimah a.s adalah istri Ali. Saya rasa itu juga bukan Fathimah A.s. Saya hendak mengatakan Fathimah a.s adalah ibunda Zainab. Saya masih merasa itu bukan Fathimah a.s. Tidak, semua itu benar tetapi tak satupun yang menggambarkan Fathimah a.s yang sesungguhnya. "Fathimah a.s adalah Fathimah a.s." |
Karomah Fathimah as
|
Abu Sai'd al-Khudri
berkata: “Pada suatu hari Ali AS berkata bahwa beliau AS berasa amat lapar. Beliau
AS
kemudian meminta Fatimah AS menyediakan makanan.
Fatimah AS bersumpah
bahwa
tidak ada makanan yang tinggal untuk
menghilangkan kelaparan Ali AS. Imam Ali AS bertanya mengapa Fatimah AS
tidak memberitahukan
kepadanya bahwa di rumah mereka
sudah tidak ada makanan lagi.
Fatimah AS menyatakan bahwa dia AS merasa
malu untuk menyatakan
perkara itu, dan dia AS juga tidak
mau menuntut apa-apa dari Imam Ali AS. Imam Ali AS keluar dari rumah
dengan rasa tawakal
kepada Allah SWT. Beliau AS
meminjam uang sebanyak satu dinar
dengan hasrat untuk membeli makanan untuk penghuni rumahnya.
Dalam
perjalanan pulang, beliau
bertemu Miqdad ibn Aswad sedang
terbaring di atas jalan pasir yang panas terik oleh sinar matahari yang
membakar. Miqdad kelihatan
sedih dan muram.
Lalu Imam Ali AS
bertanya kepadanya apa yang terjadi tetapi dia enggan menyatakan perkara
yang berlaku kepada
Imam Ali AS. Tetapi akhirnya dia
menyatakan juga rahasia itu dan berkata:
“Wahai
Abul
Hasan! Aku bersumpah bahwa ketika
aku keluar rumah tadi, penghuni rumahku berada di dalam kelaparan yang
amat sangat. Anak-anakku
kelaparan dan aku tidak sanggup
menonton keadaaan mereka menangis itu. Lalu aku meninggalkan mereka, dan
berusaha mencari
jalan untuk mengatasi masalah
tersebut."
Air
mata Ali AS jatuh
bercucuran dan mengenai janggutnya
apabila mendengar kisah tersebut. Ali AS berkata kepadanya:
" Aku bersumpah bahwa aku juga mengalami keadaan
yang sama seperti engkau."
Ali AS lalu menyerahkan uang yang
dibawanya kepada Miqdad. Ali AS kemudian pergi ke masjid di mana pada
ketika itu Nabi S.A.W
sedang shalat. Ali AS bershalat di
tempat suci itu, dan selepas selesai menunaikan kewajibannya, beliau AS
menemui Nabi S.A.W
di pintu masjid.
Rasulullah S.A.W bertanya Ali AS tentang makanan apa yang akan dia siapkan untuk makam malam karena Nabi S.A.W hendak ikut makan malam di tempat putrinya..
Ali AS tunduk dan tidak berkata apa-apa. Beliau AS
tidak tahu apa yang harus dikatakan.
Kelihatannya Rasulullah S.A.W tahu tentang kisah uang satu dinar itu.
Telah diwahyukan
kepada Nabi Muhammad S.A.W bahwa
hendaklah beliau S.A.W bersama Ali AS pada petang itu." Mengapa anda
tidak berkata sesuatu?,"
tanya Nabi Muhammad S.A.W. Ali AS
dengan menjawab:" Diriku di tanganmu."
Nabi Muhammad S.A.W memegang tangan
Ali AS dan dua orang yang agung ini berjalan bersama-sama ke rumah
Fatimah AS.
Apabila sampai di sana, Fatimah AS baru selesai menunaikan kewajibannya (solat), dan di atas tungku ada satu periuk masakan sedang di masak dan ketika ia sedang mendidih. Fatimah AS kemudian keluar apabila mendengar bunyi tapak kaki ayahnya datang dan menyambut kedatangan mereka.
Nabi S.A.W mengucapkan
salam dengan lembut.
"
Semoga Allah SWT memberi rahmat ke
atas kamu berdua, dan semoga kamu dapat menyediakan kami hidangan makan
malam!" sambung
Rasulullah S.A.W.
Fatimah AS mengambil periuk tersebut
dan meletakkan di hadapan ayahnya S.A.W dan suaminya, Ali AS, yang
terkejut dan bertanya
isterinya bau makanan yang lezat di
dalam periuk itu. Fatimah AS berkata:" Adakah anda marah dengan
memandangku dengan pandangan
yang demikian! Adakah aku telah
melakukan sesuatu yang salah menyebabkan aku layak menerima
kemarahanmu!?"
Ali AS berkata:" Mengapa tidak?
Semalam engkau bersumpah bahwa engkau tidak mempunyai sedikit makanan
pun untuk kita hidup
selama beberapa hari! Apa artinya
ini semua?"
Dengan memandang ke langit Fatimah
AS menyambung:" Tuhanku yang berkuasa ke atas langit dan bumi akan
menjadi saksi bahwa
apa yang akan aku katakan ini adalah
benar."
Ali AS menambah:" Wahai Fatimah!
Sudikah engkau menyatakan kepada kami kisah sebenarnya. Sudikah engkau
dengan jujur menyatakan
kepada kami siapakah yang
mengantarkan hidangan yang lazat ini yang menjadi makanan kita!"
Rasulullah S.A.W dengan lembut
meletakkan tangannya ke atas bahu Ali AS dan berkata:" Wahai Ali! Semua
sebenarnya ini adalah
anugerah dari Allah SWT karena
kemurahan yang kamu tunjukkan ketika memberikan uang dinar tersebut.
"...Sesungguhnya Allah memberikan (rezeki) apa
yang dikehendakiNya tanpa hisab."(Ali-Imran:37)
"Dan apabila Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrabnya, dia mendapati makanan di sisinya." (Ali-Imran:37)[Bihar al-Amwar, Jilid 43, hlm.59-61; Amali Tusi, Jilid 2, hlm.228-230] |
Fathimah az-Zahra Pemimpin Wanita di Surga
| |||||
Fatimah
al-Zahra as (ucapan
Alaiha Salam silakan rujuk misalnya
dalam Sahih Bukhari, Juzuk 5, hadith 368, dan 546)adalah puteri
Rasulullah SAWA. Ibunya
Khadijah adalah isteri Rasulullah
S.A.W yang pertama dan amat dikasihinya. Tentang Khadijah, Rasulullah S.A.W pernah bersabda yang bermaksud:
"Empat wanita yang terbaik ialah Khadijah binti Khuwailid,
Fatimah
binti Muhammad,
Maryam binti Imran, dan
Asiah binti Muzahim isteri kepda Firaun."
[Muhibuddin al-Tabari, Dhakha'ir al-Uqba
fi Manaqib Dhawi al-Qurba, hl.42; Al-Hakim alam al-Mustadrak, Juzuk 3, hlm.157].
Rasulullah SAW menggelarkannya Fatimah AH sebagai "Ummu Abiha" bermaksud ibu kepada ayahnya. Ini kerana Fatimah AH sentiasa mengambil berat tentang ayahandanya yang dikasihi itu. Selain daripada itu gelaran-gelaran lain ialah Zahra, Batul, Siddiqah Kubra Mubarakah, Adhra, Tahirah, dan Sayyidah al-Nisa [Bihar al-Anwar, Juzuk 43, hlmn.16] Fatimah dilahirkan pada 20 Jamadil Akhir di Mekah yaitu pada Hari Juma'at, tahun kelima selepas kerasulan Nabi Muhammad S.A.W [Manaqib Ibn Shahrashub, (Najaf), Juzuk 3, hlm.132; al-Kulaini, al-Kafi; Misbah al-Kaf'ami; Syeikh al-Mufid, Iqbal al-Amal]. Tempat beliau dilahirkan ialah di rumah ayahanda dan ibundanya iaitu Rasulullah S.A.W dan Khadijah al-Kubra. Beliau AH wafat pada tahun ke-11 hijrah iaitu selepas enam bulan kewafatan ayahandanya Rasulullah S.A.W [al-Bukhari, Sahih, Juzuk 5, Hadith 546] Kelahiran Fatimah AH amat menggembirakan Rasulullah SAWA. Beliau S.A.W bersabda tentang Fatimah AH: " Dia adalah daripadaku dan aku mencium bau syurga dari kehadirannya."[Kasyf al-Qummah, Juzuk 2, hlm.24]. Mengapa diberikan Nama Fatimah? Menurut Imam Ali al-Ridha AS nama "Fatimah" diberikan oleh Rasulullah S.A.W Fatimah AH dan para pengikutnya terpelihara dari api neraka. Imam Ja'far al-Sadiq AS berkata: " Rasulullah S.A.W bersabda kepada Ali AS: Tahukah kamu nama mengapa nama Fatimah diberikan kepadanya? Ali menjawab:
Rasulullah S.A.W telah sampai dahulu di Quba, Madinah. Sebelum meninggalkan Mekah Rasulullah S.A.W telah mengarahkan Ali bin Abi Talib supaya menyusul bersama keluarganya kemudian. Justeru, rombongan hijrah tersebut diketuai oleh Ali bin Abi Talib AS. |
Fatimah
AH termasuk dalam Ahlul
Bayt Rasulullah S.A.W sebagaimana
yang dinyatakan dalam ayat al-Tathir dalam surah al-Ahzab: 33. Dalam
Surah Al-Ahzab:33 bermaksud:
"Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan kalian daripada kekotoran (rijsa), wahai Ahlul Bayt dan menyucikan
kamu sebersih-bersihnya."
Ayat di atas mengisahkan Hasan dan Husayn AS
sedang dalam keadaan sakit.
Rasulullah S.A.W dengan beberapa orang sahabat menziarahi mereka.
Rasulullah S.A.W mencadangkan
kepada Ali AS bernazar kepada Allah
SWT bahawa dia dan keluarganya akan berpuasa selama tiga hari apabila
anak mereka sembuh
dari penyakit tersebut. Ali,
Fatimah, dan pembantu mereka, Fizzah bernazar kepada Allah SWT.
Apabila
Hasan dan Husayn AS
sembuh, mereka pun berpuasa.
Pada waktu berbuka datang seorang
pengemis meminta makanan kepada mereka. Pada hari itu mereka hanya
berbuka dengan sahaja.
Keesokan hari ini datang seorang
anak yatim meminta makanan daripada mereka pada waktu berbuka dan sekali
lagi mereka hanya
berbuka dengan air sahaja. Pada hari
ketiga, datang pula seorang tawanan perang meminta makanan.
Selepas
memberikan makanan,
Ali membawa anak-anaknya ke rumah
Rasulullah S.A.W. Rasulullah S.A.W berasa sedih melihat keadaan cucunya
itu. Ali AS membawa
Rasulullah S.A.W ke rumah mereka.
Sampai di sana
Rasulullah
S.A.W. melihat Fatimah AH sedang
berdoa dengan keadaan yang amat lemah. Rasulullah S.A.W berasa amat
sedih.
Turun malaikat
Jibril berkata kepada beliau S.A.W,"
Wahai Muhammad ambillah dia (Fatimah). Allah memberikan tahniah pada
Ahl Bayt kamu."
Lalu Jibril membacakan ayat
tersebut.[Al-Hakim al-Haskani, Shawahid al-Tanzil, jld.II, hlm.298;
al-Alusi, Ruh al-Ma'ani, jld.XXIX,
hlm.157; Fakhur al-Razi, Jild.XIII,
hlm.395]
Rasulullah S.A.W bersabda yang bermaksud:
" Fatimah adalah sebahagian daripadaku. Barang siapa yang membuat dia marah, akan membuat aku marah." [a-Bukhari, Jilid II, hlm.185]
Imam Ali al-Redha AS berkata
bahawa Rasulullah S.A.W bersabda bermaksud:
"
Hasan AS dan Husayn AS
adalah
makhluk yang terbaik di dunia
selepasku dan selepas bapa mereka (Ali AS) dan ibu mereka (Fatimah AH)
adalah wanita yang terbaik
di kalangan semua wanita."[Bihar, Jilid 43, hlm. 19 dan 20]
Dari Imam Ali AS dari Rasulullah
S.A.W berkata kepada Fatimah AH bermaksud:
“Sesungguhnnya Allah marah kerana kemarahanmu dan redha kerana keredhaanmu." [Mustadrak al-sohihain, juzuk 3, hlm152]
Dari Aisyah berkata
bahawa:
"
Tidak pernah aku
melihat seorang pun yang lebih benar
dalam berhujah daripadanya melainkan ayahnya (Rasulullah
S.A.W)."[Mustadrak al-Sohihain,
Juzuk 3, hlm.160]
Al-Bukhari meriwayatkan
sebuah hadith dari Aisyah berkata bahawa Rasulullah S.A.W bersabda:
".....Tidakkah engkau redha (wahai Fatimah) bahawa engkau adalah saidati-nisa fil-Jannah(pemimpin wanita di syurga)
atau pemimpin wanita seluruh alam..." [Sahih
Bukhari, Jld. IV, hadith 819]
Dalam hadith yang lain al-Bukhari meriwayatkan
dari Aisyah sebuah hadith yang panjang dan di sini dinyatakan sebahagiannya:
"....Wahai
Fatimah!
Tidakkah engkau redha bahawa engkau
adalah saidati-nisa il-mu'minin (pemimpin wanita mu'minin) atau
saidanti-nisa-i hadzhihi
il-ummah (pemimpin wanita umah
ini)?"[Al-Bukhari, Jilid 8, hadith 301]
Al-Bukhari meriwayatkan hadith dari
Imam Ali AS bahawa pada suatu ketika Fatimah AH mengadu tentang
kesusahannya mengisar
tepung. Apabila beliau AH mendengar
berita ada beberapa orang hamba dari rampasan perang telah dibawa kepada
Rasulullah S.A.W,
beliau AH lalu pergi (ke rumah
Rasulullah S.A.W) untuk menemui baginda S.A.W bagi mendapatkan pembantu
tersebut, tetapi pada
ketika itu (Rasulullah S.A.W tidak
ada di rumah) Aisyah tidak dapat mencari baginda S.A.W.
Lalu Fatimah menceritakan hasratnya kepada Aisyah. Apabila Rasulullah S.A.W pulang, Aisyah menyatakan kepadanya perkara tersebut. Rasulullah S.A.W kemudian pergi ke rumah kami.... Mahukan kamu aku nyatakan suatu perkara yang lebih baik daripada apa yang kamu minta? (Iaitu) apabila kamu hendak masuk ke tempat tidurmu, maka ucapkanlah Allahu Akbar 34 kali, Alhamdulillah 33 kali, dan Subhan Allah 33 kali. Ini adalah lebih baik daripada yang kamu pohonkan."[ Al-Bukhari, Jld. VI, hadith 344]
Amru bin Dinar meriwayatkan
dari Aisyah berkata:
"
Tidak pernah aku
melihat seseorang pun yang lebih
benar daripada Fatimah salamullah 'alaiha selain daripada
ayahnya."[Hilyatul-awliya, Juzuk
2, hlm. 41]
Ibnu Abbas meriwayatkan bahawa Rasulullah S.A.W
bersabda yang bermaksud:
"Pada malam aku diangkat ke
langit (mi'raj), aku melihat di pintu syurga tertulis bahawa Tidak ada
Tuhan melainkan
Allah, Muhammad Rasulullah, Allah
mengasihiku, dan Hasan, dan Husayn sofwatullah (sari yang terbaik dari
Allah) , Fatimah
Khiratullah (sesuatu yang terbaik
dari pilihan Allah), laknatullah ke atas mereka yang membenci mereka."[Tarikh al-Baghdadi, Juzuk 1, hlm. 259]
Fatimah al-Zahra AH mempunyai sifat-sifat berikut seperti ayahnya dan suaminya serta anggota keluarganya :(1) menemukan jalan yang benar (ihtida') (2) mentaati prinsip-prinsip Islam (iqtida'), dan (3) berpegang teguh serta menyakini kewajipan-kewajipannya (tamassuk)." [ Nasa'i dalam Khashais Alawiyyah] |
Sikap Rasulullah terhadap Fathimah as
|
Rasulullah mengaitkan Fatimah AH dengan
dirinya S.A.W. Justru Rasulullah S.A.W bersabda yang bermaksud:
“Fatimah
adalah daripadaku dan
barang siapa yang membuat dia marah,
akan membuat aku marah." [Al-Bukhari, Jilid V, hadith 111]
Ketika
berpergian, Fatimah AH adalah
orang yang paling akhir beliau S.A.W
mengucapkan selamat tinggal, dan ketika pulang dia (Fatimah AH) adalah
orang yang pertama
yang ditemui oleh ayahnya S.A.W. [Bihar, Jilid 43, hlm.39-40; Ahmad bin Hanbal, Musnad, Juzuk
5, hlm.275; Al-Baihaqi, Sunan, Juzuk 1, hlm.26].
Imam Ali AS suatu ketika bertanya kepada Rasulullah S.A.W:
" Wahai Rasulullah! Siapakah di kalangan
keluargamu yang paling dekat denganmu?
Fatimah binti Muhammad," jawab baginda S.A.W.
[Al-Tabari, Dhakair al-Uqba;
Al-Tirmidzi, Sunan. hlm.549; Al-Mustadrak, Jilid 3, hlm.21 dan 154]
|
Kezuhudan Fathimah as
|
Imam Hasan AS
meriwayatkan," Aku belum pernah melihat seorang
wanita yang lebih alim daripada
ibuku. Ia selalu melakukan solat dengan begitu lama sehingga kakinya
menjadi bengkak." Imam
Hasan AS juga meriwayatkan:
“Aku
melihat
ibuku, Fatimah berdiri solat pada
malam Jumaat. Beliau meneruskan solatnya dengan rukuk dan sujud sehingga
subuh. Aku mendengar
beliau AH berdoa untuk kaum mu'minin
dan mu'minah dengan menyebut nama-nama mereka.
Beliau berdoa untuk mereka semua tetapi beliau AH tidak berdoa untuk dirinya sendiri. "Ibu," Aku bertanya kepada beliau AH. "Mengapa ibu tidak berdoa untuk diri sendiri sebagaimana ibu berdoa untuk orang lain?" Beliau menjawab," Anakku, (berdoalah) untuk jiran-jiranmu diutamakan dan kemudian barulah dirimu sendiri."[Bihar al-Anwar, Jilid 43, hlm.81-82; Abu Muhammad Ordooni, Fatimah The Gracious, hlm.168-169;Sayyid Abdul Razak Kammoonah Husseini, Al-Nafahat al-Qudsiyyah fi al-Anwar al-Fatimiyyah, Juzuk 13, hlm.45]
Asma' binti Umays meriwayatkan:
“Pada
suatu
ketika aku sedang duduk-duduk
bersama Fatimah AH apabila Nabi S.A.W datang. Beliau S.A.W melihat
Fatimah AH memakai rantai
di lehernya yang telah diberikan
oleh Ali bin Abi Talib AS dari bahagiannya yang diambil daripada harta
rampasan perang.
" Anakku", beliau S.A.W berkata, " Janganlah tertipu dengan apa yang orang katakan. Anda adalah Fatimah puteri Muhammad, anda memakai barang perhiasan (yang menjadi kesukaan) orang-orang yang bongkak." Beliau AH serta-merta melucutkan rantainya pada ketika itu juga dan menjualnya. Dengan wang dari jualan tersebut, beliau AH membeli dan kemudian membebaskan seorang hamba lelaki. Apabila Rasulullah S.A.W mendengar apa yang beliau AH lakukan, beliau S.A.W berasa gembira dan mendoakan rahmat kepada Imam Ali AS.
[Al-Hakim, Al-Mustadrak, Juzuk 3, hlm. 152; Bihar
al-Anwar, Jilid 43, hlm.81]
|
Kehidupan Politik Sayyidah Fathimah as
|
Kehidupan
Fatimah a.s. bukan hanya melakukan
tugas sebagai suri rumah tangga dan
beribadat saja tetapi juga meliputi soal-soal politik sejak dari zaman
ayahandanya Rasulullah
S.A.W di Mekah hingga selepas wafat
ayahandanya S.A.W.
Beliau a.s. dengan gigih menyokong keras perjuangan ayahandanya Rasulullah S.A.W dan berpegang teguh kepada prinsip-prinsip Islam yang telah dididik oleh ayahandanya Rasulullah S.A.W.
Pada
tahun kesepuluh kerasulan, Khadijah
ibu Fatimah a.s. meninggal dunia. Fatimah a.s. kehilangan ibundanya yang
tercinta. Pada
tahun yang sama, beliau a.s.
kehilangan bapa saudara ayahnya Abu Talib yang selalu melindungi
Rasulullah S.A.W.
Dengan kewafatan
dua orang insan mulia ini, para
musyirikin Quraish mulai berani menentang dan menyakiti Rasulullah S.A.W
secara terbuka. Sehingga
pada suatu saat mereka sanggup
memutuskan untuk membunuh Rasulullah S.A.W.
Justru, Rasulullah S.A.W
membuat keputusan berhijrah
ke Madinah. Malam itu Ali AS tidur
di tempat tidur Rasulullah S.A.W demi untuk mengelirukan musuh-musuh
Allah itu.
Pada malam itu juga Fatimah menginap di rumah ayahandanya dan mengetahui semua kejadian tersebut. Fatimah bertahan pada malam itu dengan penuh perjuangan, kesabaran, dan keberanian segala kemungkinan yang akan berlaku kepada mereka.
Fatimah
a.s. kemudian berhijrah ke Madinah
dengan rombongan hijrah di ketuai
oleh Ali AS. Dalam perjalanan ke Madinah, beberapa orang kafir mencoba
untuk menghalang
mereka tetapi dengan keberanian dan
tekad Ali AS, maka mereka ketakutan dan membiarkan rombongan hijrah itu
meninggalkan Mekah.
Akhirnya setelah menempuh segala
kesulitan, mereka pun sampai ke Madinah.
Fatimah a.s. turut menjadi saksi Perang Badar dan Perang Uhud. Dalam Perang Uhud, dahi, dan gigi Nabi S.A.W luka parah. Dan yang lebih menyedihkan ialah ketika tersebarnya berita palsu bahwa Rasulullah S.A.W telah terbunuh. Fatimah a.s. berangkat ke Uhud untuk menyaksikan medan pertempuran, dan juga melihat ayahandanya yang dikasihi Rasulullah S.A.W. Setelah perang berakhir, Fatimah a.s. menemui ayahandanya Rasulullah S.A.W, dan membersihkan wajah baginda dari luka-luka. Dalam peperangan ini juga, Fatimah a.s. menyaksikan bapa saudara ayahnya, Hamzah syahid di medan perang.
Selepas
Rasulullah S.A.W wafat, Fatimah
a.s. turut memperjuangkan hak Imam
Ali AS sebagai khalifah yang sah dilantik oleh Rasul S.A.W dan juga
tentang haknya terhadap
Tanah Fadak. Fatimah tidak
mengiktiraf Abu Bakar sebagai khalifah yang sah.
Pada suatu ketika Abu Bakar dan Umar al-Khattab bersama rombongannya mengepung rumah Fatimah a.s. dengan tujuan memaksa penghuni rumah memberikan bai'ah kepada Abu Bakar. Malahan Rombongan tersebut mengancam akan membakar rumah tersebut. Seseorang bertanya kepada Umar: " Wahai ayah Hafsah (Umar al-Khattab), sesungguhnya Fatimah ada di dalam," dan Umar menjawab,: "Wa in (sekalipun)"[Ibn Qutaibah, Al-Imamah Wal-Siyasah, Jilid I, hlm.12-13]. Fatimah a.s. kemudian keluar dari pintu dari berkata lantang:"Hai, Abu Bakar, Alangkah cepatnya anda menyerang keluarga Rasul. Demi Allah, saya tidak akan bercakap dengan Umar sampai saya menemui Allah...Kamu semua telah membiarkan jenazah Rasulullah S.A.W bersama kami, dan kamu semua telah mengambil keputusan antara kamu sendiri tanpa bermusyawarah dengan kami dan tanpa menghormati hak-hak kami. Demi Allah, aku katakan, keluarlah kamu semua dari sini dengan segera! Jika tidak dengan rambutku yang kusut ini, aku akan meminta keputusan dari Allah!"[Ibn Abil Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, Jilid VI, hlm.48-49]
Fatimah
a.s. menganggap Tanah Fadak sebagai
miliknya yang sah karena ia telah
diberikan oleh Rasul S.A.W ketika baginda S.A.W masih hidup. Tanah Fadak
terletak dekat
dengan Khaibar dan disitu terdapat
kebun kurma. Tanah tersebut diserahkan oleh Bani Nadir kepada Rasulullah
S.A.W selepas
peristiwa Perang Khaibar pada tahun 7
Hijrah.
Kemudian Rasulullah S.A.W menghadiahkan tanah tersebut kepada Fatimah a.s. [riwayat dari Abu Sai'd al-Khudri - silakan lihat Fada'il Khamsah fi al-Sihah al-Sittah, Jilid 3, hlm.36] yaitu apabila turunnya ayat Qur'an yang bermaksud, " Apa saja harta rampasan (fa'i) yang diberikan Allah kepada RasulNya yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang-orang yang dalam perjalanan supaya harta itu tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu terimalah ia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah, dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukumanNya." (59:7) .
Fatimah
a.s. menuntut Tanah Fadak dari
Abu Bakar tetapi Abu Bakar
menolaknya. Fatimah a.s. lalu menemui Abu Bakar dan terjadilah
perdebatan di antara mereka berdua:
Al-Jauhari meriwayatkan bahwa ketika sampai berita kepada Fatimah a.s. bahwa Abu Bakar menolak haknya ke atas Tanah Fadak, maka Fatimah a.s. dengan disertai para pembantu wanitanya dan para wanita Bani Hasyim pergi menemui Abu Bakar. Fatimah a.s. berjalan dengan langkah seperti langkah Rasul. Ia lalu memasuki majlis yang dihadiri Abu Bakar, dan penuh dengan kaum Muhajirin dan Ansar. Fatimah membentangkan kain tirai antara dia dan kaum wanita yang menemaninya di satu sisi,dan majlis yang terdiri dari kaum lelaki di sisi yang lain. Ia masuk sambil menangis tersedu, dan seluruh hadirin turut menangis. Maka gemparlah pertemuan itu. Setelah suasana kembali tenang, Fatimah a.s. pun berbicara: " Saya memulai dengan memuji Allah Yang Patut Dipuji. Segala Puji bagi Allah atas segala nikmatNya, dan terhadap apa yang diberikanNya..." dan setelah mengucapkan khutbahnya yang sungguh indah, ia lalu berkata:
Fatimah a.s.:" Apabila anda mati, wahai Abu Bakar, siapakah yang akan menerima
warisan anda?"
Abu Bakar:" Anakku dan keluargaku." Fatimah a.s.:" Mengapa anda mengambil warisan Rasul yang menjadi hak anak dan keluarga beliau?" Abu Bakar:" Saya tidak berbuat begitu, wahai putri Rasul." Fatimah a.s.:" Tetapi anda mengambil Fadak, hak Rasulullah yang telah beliau berikan kepada saya semasa beliau masih hidup.... Apakah anda dengan sengaja meninggalkan Kitabullah dan membelakanginya serta mengabaikan firman Allah yang mengatakan," Sulaiman mewarisi dari Daud " (Al-Naml: 16), dan ketika Allah mengisahkan tentang Zakaria serta firman Allah, Dan keluarga sedarah lebih berhak waris mewarisi menurut Kitabullah?(Al-Ahzab:6) Dan Allah berwasiat, " Bahwa anak lelakimu mendapat warisan seperti dua anak perempuan" (Al-Nisa:11) dan firman Illahj," Diwajibkan atas kamu apabila salah seorang daripada kamu akan meninggal dunia, jika ia meninggalkan harta, bahwa ia membuat wasiat bagi kedua orang tua dan keluarganya dengan cara yang baik, itu adalah kewajiban bagi orang-orang yang bertaqwa" (Al-Baqarah: 80). Apakah Allah mengkhususkan ayat-ayat tersebut kepada anda dan mengecualikan ayahku daripadanya? Apakah anda lebih mengetahui ayat-ayat yang khusus dan umum, lebih daripada ayahku dan anak bapa saudaraku (Ali AS). Apakah anda menganggap bahwa ayahku berlainan agama dariku, dan lantaran itu maka aku tidak berhak menerima warisan?" [Ibn Abil Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, Jilid XVI, hlm.249] Ibn Qutaibah meriwayatkan pertemuan yang mungkin terakhir di antara Fatimah a.s. dan Abu Bakar seperti berikut: " Umar bin Khattab berkata kepada Abu Bakar:" Marilah kita pergi kepada Fatimah, sesungguhnya kita telah menyakiti hatinya." Maka keduanya pun pergi ke rumah Fatimah a.s., dan Fatimah a.s. tidak mengizinkan mereka masuk ke dalam rumah. Mereka lalu memohon kepada Ali bin Abi Talib, lalu Ali AS memperkenankan mereka masuk ke dalam. " Tatkala keduanya duduk dekat Fatimah a.s., Fatimah a.s. memalingkan wajahnya ke arah dinding rumah. Salam Abu Bakar dan Umar tidak dijawabnya. Fatimah a.s. kemudian berkata:" Apakah anda akan mendengar apabila saya katakan kepada anda suatu perkataan yang berasal dari Rasulullah S.A.W yang anda kenal dan anda telah bertemu beliau S.A.W?" Keduanya menjawab: " Ya." Kemudian Fatimah a.s. berkata:" Apakah anda tidak mendengar Rasulullah S.A.W bersabda," Keredhaan Fatimah adalah keredhaan saya, dan kemurkaan Fatimah adalah kemurkaan saya. Barang siapa mencintai Fatimah, anakku, bererti ia mencintaiku, dan barang siapa membuat Fatimah murka, bererti ia membuat aku murka." Mereka berdua menjawab:" Ya, kami telah mendengarnya dari Rasulullah S.A.W. Fatimah a.s. berkata:" Aku bersaksi kepada Allah dan malaikat-malaikatNya, sesungguhnya kamu berdua telah membuat aku marah, dan kamu berdua tidak membuat aku redha. Seandainya aku bertemu Nabi S.A.W, aku akan mengadukan kepada beliau S.A.W tentang kamu berdua. Abu Bakar berkata:" Sesungguhnya saya berlindung kepada Allah dari kemurkaanNya dan dari kemurkaan anda, wahai Fatimah." Kemudian Abu Bakar menangis, hampir-hampir jiwanya menjadi goncang. Fatimah lalu berkata:" Demi Allah, selalu saya akan mendoakan keburukan terhadap anda dalam setiap shalat saya." Kemudian Abu Bakar keluar sambil menangis....[Ibn Qutaibah, Al-Imamah Wal-Siasah, Bab Bagaimana Bai'at Ali bin Abi Talib; O.Hashem, Saqifah Awal Perselisihan Ummat, hlm.100-101]
Wasallam
|
AL Ridho * Gombak * Selangor* Malaysia*
2 ulasan:
Allahumma, KAU himpunkan kami bersama wali2mu di syurga khususnya ahlulbait Rasullullah sallallhua'laihiwassalam...InsyaAllah
Salam kak ummi
amin, sama2 kita berdoa insyallah...mudah-mudahan hajat kita diperkenankan olehNya...
Catat Ulasan